Art kembang kayu. Ke-10 pelukis yang ikut berpartisipasi pada pameran tersebut adalah Syakieb Sungkar, Amrus Natalsya, KP Hardi Danuwijoyo, Nisan Kristiyanto, Erman Sadin, Sarnadi Adam, Indyra, Sukriyal Sadin, Chryshnanda Dwilaksana dan Revoluta S. (foto: ar)
INDONESIAHOUSING.ID, Jakarta— PT Industri Parket Tanjung Kreasi (TKPI), yang merupakan produsen lantai kayu yang khusus memproduksi engineered floorings yang telah terkenal dengan merek TEKA, berkolaborasi dengan 10 pelukis senior dan ternama untuk memamerkan hasil karya-karyanya pada 26 Maret – 10 April 2022, di TEKA Real Wood Flooring Gallery, Alam Sutera, Tangerang Selatan.
Ke-10 pelukis yang ikut berpartisipasi pada pameran yang digelar di lokasi Gallery interior cantik lantai kayu yang merupakan anak perusahaan dari PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSN Group) tersebut adalah Syakieb Sungkar, Amrus Natalsya, KP Hardi Danuwijoyo, Nisan Kristiyanto, Erman Sadin, Sarnadi Adam, Indyra, Sukriyal Sadin, Chryshnanda Dwilaksana dan Revoluta S.
Baca Juga: Panorama Laut Mandalika, Kisah Putri Raja hingga Sirkuit Internasional
Pada pembukaan pameran yang dilangsungkan pada Sabtu, (26/3), Kurator Art Kembang Kayu, Anna Sungkar mengatakan, pameran lukisan ini bisa dikatakan sebagai pertemuan dua generasi. Pasalnya, sebagian besar dari 10 pelukis yang memamerkan karyanya tersebut lahir pada tahun 1950-an, seperti KP Hardi Danuwijoyo (1951), Nisan Kristiyanto (1953), Erman Sadin (1953), Sarnadi Adam (1956), Indyra (1957), dan yang paling senior dalam pameran ini adalah Amrus Natalsya yang lahir pada tahun 1933. Sementara sisanya lahir pada tahun 1960-an, yakni Sukriyal Sadin (1961), Syakieb Sungkar (1962), Chryshnanda Dwilaksana (1967), dan yang termuda adalah Revoluta S (1975).
“Itulah yang menyebabkan pameran ini seperti pertemuan antara dua generasi: pelukis zaman Modern Art dengan pelukis pada zaman kontemporer,” ungkap Anna.
Ia pun menambahkan, di masa lalu, seni rupa modern dan kontemporer jelas benar bedanya, dari segi gaya dan ide. “Namun di masa sekarang, kita saat ini tidak melihat lagi perbedaan signifikan di antara keduanya,” imbuh Anna.
Dalam kanvas-kanvas pelukis senior Indonesia tahun 1970-an, bentuk-bentuk yang cenderung keabstrak atau semi abstrak kelihatan dominan. Mengutip Agus Dermawan T., Anna menyebutkan kecenderungan ini sebagai lirisisme, yang tumbuh subur seiring dengan berkembangnya pembangunan properti di perkotaan, sehingga lukisan-lukisan dibutuhkan sebagai penghias dekorasi dari properti yang baru terbangun.
“Karya-karya para seniman yang dipamerkan ini sebagian besar, secara kebetulan mengarahkan pemilihan karyanya yang berbau lirisisme. Tentu saja, banyak karya-karya di luar lirisisme yang cocok juga untuk dipadankan menjadi bagian elemen interior, semuanya sangat bergantung dari situasi dan preferensi para arsitek dan pemilik rumah,” katanya.
Keberagaman pilihan juga diperhatikan dalam pameran ini, disesuaikan dengan luasnya selera pemirsa yang semakin hari semakin maju daya apresiasi seninya. Namun pada akhirnya karya-karya lukis yang dipamerkan akan terasa cocok dengan keunikan permukaan kayu yang terdapat pada parket dan dinding kayu olahan di galeri Teka, Alam Sutera. Sehingga pameran ini kemudian dinamakan Art Kembang Kayu.
Apresiasi TEKA terhadap Para Seniman
Sementara itu, Direktur TKPI, Muhammad Hamdani, mengatakan pameran Art Kembang Kayu yang melibatkan 10 seniman seni rupa Indonesia merupakan langkah awal TEKA dalam mengapresiasi ide kreatif para seniman sekaligus untuk bentuk kolaborasi interior lantai kayu dengan para seniman Indonesia.
“Bagi kami, lantai kayu bukan hanya sebuah produk melainkan sebuah karya dari keberagaman dan keunikan dari setiap pohon untuk menciptakan keindahan dari suatu ruangan,” kata Muhammad Hamdani, kepada awak media saat pembukaan pameran lukisan tersebut.
Baca Juga: Lixil Gelar Kompetisi Desain Arsitektur
Melalui pameran tersebut, kata dia, para seniman memiliki alternative baru memamerkan karyanya sekaligus memberikan ruang bagi TEKA untuk memperkenalkan produk lantai kayu premium kepadak halayak yang lebih luas.
“Setelah lebih dari 25 tahun PT. Tanjung Kreasi Parquet Industry subsidiary PT. Dharma Satya Nusantara, Tbk menghasilkan produk lantai kayu premium yang di ekspor kelebih dari 44 negara, mulai tahun 2021 kami menghadirkan produk lantai premium kami bagi masyarakat Indonesia yang ditandai dengan pembukaan TEKA Wood Flooring Gallery pertama di Alam Sutera,” pungkasnya. (zh1)
31 Comments