TRAVEL

Pionir Kuliner Aceh di Jakarta, Ini Rahasia Alba Merambah Dunia!

Kuliner Aceh

Melahap kuliner Aceh. Semeja dengan owner yuncto “arsitek” pionir masakan Aceh terlengkap di Jakarta. Namanya TA Alba Rahman, pemilik merek dagang kuliner ternama ini: ‘Jambo Kupi’. Berdiri sejak 2010.

Oleh: Advokat Muhammad Joni

JAKARTA, www.indonesiahousing.id — Kota bukan hanya kumpulan properti dan tempat hunian. Kota yang sehat dan smart juga perlu “makan”, dengan memfasilitasi kebijakan kulineri aman dan fasilitasi akses makan. Apa jadinya realestat tanpa restoran lapak makan.

Sabtu hari libur, namun makan siang tidak. Tak harus ke Aceh Besar, kami menyantap sajian masakan Aceh di tempat yang lengkap. Bonus pula, bertemu ownernya: Bang AlbA. Akun IG-nya: JamboKupi.id

Di meja kayu panjang, siap tersaji menu ikan keumeumah. Disandingkan di pinggan dengan telur dadar sunti, berikut setangkup sayur plek u dan kopi sanger, asap panasnya mengepul. Kami akur mencoba menu keumeumah yang tak biasa. Silakan mencoba. Biasanya saya pesan menu standar: tumis mie aceh, kopi sanger saja, dan kawan-kawannya.

Sabtu siang, (21/12), kami meraih banyak untung. Melahap kuliner Aceh. Semeja dengan owner yuncto “arsitek” pionir masakan Aceh terlengkap di Jakarta. Namanya TA Alba Rahman, pemilik merek dagang kuliner ternama ini: ‘Jambo Kupi’. Berdiri sejak 2010.

Baca Juga: Sederet Alasan Mengapa Poins jadi Destinasi Kuliner Favorit di Kawasan TOD Lebak Bulus

Kepada Chairul Munadi yang datang khusus dari Medan, saya berbisik. “Kalau mau menyentap masakan Aceh yang otentik dan terlengkap di bumi Jakarta, datanglah ke Jambo Kupi, Pasar Minggu”.

Sengaja hendak mengulik “elmu” kulineri bang Alba, saya menggelontorkan banyak tanya. Pemilik jaringan restoran khas Aceh itu pun spil rahasia. Tak pelit buka resep rahasia. Apa jurus sukses misi kulineri Jambo Kupi berkembang di Ibukota Jakarta?

“Semangat kami adalah menyajikan Aceh secara lengkap di meja makan,” kata pemilik tunggal Jambo Kupi, Rahman Alba yang alumni Linguistik Inggris, Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (USU), Medan, lulusan tahun 1981. Dekannya Prof.Dr. Tengku Amin Ridwan, yang pernah Ketua Umum PB MABMI (Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia) pertama. Alba memang berkelas.

Baca Juga: Yuk! Nikmati Keseruan Akhir Pekan di Kota Deltamas dengan Bersepeda hingga Wisata Kuliner

Saat Alba lulus dari almamater USU, Rektornya dijabat Prof.Dr.A.P.Parlindungan, SH, sebelumn Rektor, Prof AP itu Notaris ternama. Kuliah Asas Hukum Agraria dengannya pagi buta, yang telat tahu diri keluar. Prof.AP bermazhab pro hukum adat yuncto hak ulayat.

Ohya, Rektor I Prof.Dr.Mariam Darus Badrulzaman, SH., FCB.Arb., pakar hukum perdata yang asal Melayu Langkat. Setakat mengajar filsafat hukum pun Asas Hukum Perdata, cengkok Melayunya keluar. Dia pandai menari dan piawai menyanyi, tak hanya tenar menjadi pakar hukum perdata ternama. Mendai kali ah. Bu Iyam, begitu biasa disapa muridnya, dia asal kota Tanjungpura, dulu ibu negeri Kesuthanan Melayu Langkat. Saya juga lahir dan besar di sana. Wakil Rektor I Prof.Dr.Edy Ikhsan, SH.MA dan Prof.Dr. H.OK. Saidin, SH.MHum, kini Ketum PB MABMI, adalah murid yuncto kader kesayangannya. Lengkap dengan kepakaran Prof. Dr. Tan Kamelo, SH.M.Hum, muridnya yang juga pakar hukum perdata alumni USU.

Alba tidak sedang mengulas tiori. Walau Alba jago menulis esai juga. “Kupi Aceh rasanya
menggoda. Kupi Saring, Kupi tarek, Sanger, Wine Coffee, diantara ragamnya. Berkelana berabad-abad yang lalu. Kini harumnya sejagat raya, dalam dan luar negeri”, tulis Alba dalam buku bertitel ‘Kumpulan Puisi Kopi, 1.550 mdpl’, editornya Fikar W. Eda, 2024. Lewat tulisannya itu, saya sudah syak, Bang Alba hendak mengglobalkan Jambo Kupi ke seantero dunia.

Baca Juga: Tok! Pengadilan Putuskan PT Adhi Persada Properti Lolos PKPU

Berbekal pengalaman, Alba yang mudah senyum itu sukses menaikkan reputasi kuliner Aceh yang makin getol melebarkan sayap usaha. Rasa yang baik akan menyebar jauh. Menjadi kuliner Aceh yang mendunia, seperti halnya kuliner India, bagi Teuku Alba bukan mimpi tak biasa. Bisa dicapai Alba, dan Alba pasti laba.

“Menu nasi briani itu asal mulanya datang dari India, bukan aseli khas Arab”, kata Alba santuy. Saya dan Chairul Munadi manggut. Chairul terus saja melahap sajian Aceh. Tak hirau swara LRT yang melalu dan bergema. Misi bertukar cakap apa filosofi dan rahasia ikan keumeumah yang ikut perang dan berhaji, terus menyala. Tak padam dengan asap LRT. Cerita Aceh yang selalu bertenaga. Saya tambah syak, bang Alba ingin meniru globalisasi menu nasi briani.

Majelis Pembaca. Karena diolah dengan cara arif dan setengah rahasia, sajian ikan keumeumah bisa tahan lama sampai berbulan lamanya. Cocok untuk bekal perjalanan haji. Enak dan tahan lama, itu eunak. Ya.., itu kearifan lokal kuliner kita.

Baca Juga: OXO Hospitality Siap Hadirkan 200 Properti Baru di Berbagai Destinasi Populer Bali

“Tanpa harus belajar olah makanan ke universitas kuliner terindeks scopus. Ini ikan keumeumah, bukan keupapah”, ujar Chairul Munadi, Wasekjen PP IKA USU berseloroh. Padahal barusan dia serius stadium tinggi setakat membahas perlunya arah baru RPP Perguruan Tinggi. Seperti kuliner Aceh yang khas, kampus perlu kompetensi yang khas, bukan sama rasa dan standar kompetensi sama. Upss, jangan spil semua rahasia. Mana bisa disamakan ikan keumeumamah dengan redang ikan kayu. Itu postulat yang stabil, walau tak usah diulas di jurnal terindeks Scopus.

Semula kami datang hanya untuk sarapan, tapi kenyataannya makan besar ala Aceh Besar. Setelah bersua bang Alba, wawasan kebangsaan kuliner nusantara kami menyala. Kenyangkan perut dan wawasan luas bergizi adalah alasan kita bernegara.

Hebatnya, Bang Alba berhasil menyodorkan kenyataan Aceh di meja makan. “Yang ada di Aceh, ada di Jambo Kupi,” katanya sembari mengulas ciri khas menu Aceh Besar dan apa pula bedanya dengan sajian Sigli, Bierun, Langsa, dan Aceh Tengah.

Baca Juga: Lagi, BP Tapera Lakukan Akad Massal Rumah Tapera Prinsip Syariah di Aceh

Alba pun spil, membuka kabar anyar. Tak lama lagi Jambo Kupi segera membuka gerai premium di kawasan Kalapa Gading Sedayu, Jakarta Utara. “Wah itu dekat saya bang”, ujarku makin menyala. Walau jauh beda stambuk, antara saya dan Chairul Munadi dengan Bang Alba, cepat akrab, cair, egaliter, dan tak sok “jaim”. “Itu kelebihannya alumni USU, bang”, cetus saya nekat berpromosi employee reputation USU.

Langkah kuda Atjeh Reputation ala Alba yang menyodok pasar kuliner di kawasan kota mandiri Kelapa Gading Sedayu, itu keren. Langkah Alba susul menyusul dari gerai baru dengan vibes yang mentereng di Kota Mandiri Bintaro sektor IX, Jakarta Barat.

Baca Juga: Hadirkan Light Show dan Festival Kuliner Asian Delight, EASTVARA Resmi Dibuka di BSD City

Bacaan saya, Alba loyal merawat visi dan percayanya. Baginya, usaha kuliner Aceh maju terus dan takkan ada surutnya. Persis seperti kepioniran Alba membesarkan Jambu Kupi, Alba percaya bisnis kuliner Aceh bisa ekspansi menjadi merek ternama skala dunia. Cita rasa yang eunak memang sanggup terbang menyebar mendunia. Bukan hanya sastra bagus yang menebar jauh, seperti kutipan dalam film Gladiator 2.

Tak usaha sibuk tanya Artificial Inteligent yang sudah mengekspansi phone celluler anda. “Bek male-male, pajoh mantong”. Tambah lagi kupi sangernya. Nyok ke Jambo Kupi Bang Alba. Postulat saya, akses mudah kulineri aman, halalan dan toyyiban masuk kota mandiri subsider properti-realestat, itu kebijakan elegan dan cuan. Itu rantai bisnis properti. Tabik. (QQ-2).

Muhammad Joni (Advokat di Jakarta, Sekjen PP IKA USU).

Redaksi@indonesiahousing.id

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *